Bermacam-macam bentuk zalim, seperti zalim secara fisik, lisan, maupun perasaan. Tidak terkecuali menghina orang lain di depan umum, agar dia menjadi bahan tertawaan seperti tradisi bulliying di masyarakat kita. Bagi sebagian orang, bisa mem-bully itu prestasi. Lantas apa yang dirasakan korban? Dia mungkin akan sakit hati ataupun meradang, namun tidak ada kemampuan untuk membalas dan hanya bisa diam. Bahkan, kadang menangis.
Memang benar, korban tidak membalasnya ketika di dunia. Akan tetapi, bisa jadi korban akan menuntutnya ketika di akhirat. Allah Swt. tidak akan pernah melupakan tindakan kezaliman antar sesama hamba-Nya. Allah Swt berfirman,
Artinya:
“Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak karena melihat siksa.” (Q.S. Ibrahim: 42).
Kezaliman sering kita lupakan, padahal Allah selalu menghitungnya. Jika tidak selesai di dunia, berlanjut sampai akhirat. Nabi saw. pernah bercerita tentang orang yang bangkrut karena sebuah kezaliman. Beliau saw. bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di teng tengah kita adalah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta.” Lalu Rasulullah saw. menjelaskan, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah menghina si A, menuduh berzina si B, memakan harta si C. menumpahkan darah si D, dan memukul si E. Maka si A diberi pahala kebaikannya dan si B, si C… diberi pahala kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) kezalimannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi itu diambil, lalu dilemparkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.”(H.R. Muslim)