Oleh: Bq. Najwa
Keluarga itu terdiri dari Ayah, Ibu, dan satu anak perempuan. Nama anak itu adalah Rara. Rara adalah anak yang baik hati , suka menolong orang , dan yang paling nomer satu bagi Rara adalah berbakti kepada orang tua. Saking sayangnya dan berbaktinya Rara pada orang tuanya, Rara ikut membantu orang tuanya bekerja dari pagi sampai sore. Rara tidak bersekolah karena orang tuanya tidak ada biaya untuk menyekolahkan Rara. Orang tuanya pun rela menjual barang berharganya demi anaknya bersekolah. Namun, menjual barang berharga saja tidak cukup untuk membiayai Rara sekolah. Meskipun Rara tidak bersekolah, Rara mempunyai kelebihan yang hebat. Apakah kelebihan yang hebat dari Rara? Dari sinilah kisah kehidupan Rara dimulai.
***
Krriingggg!! Jam Weker di kamar Rara menunjukkan jam 05:00 Pagi. Rara yang telah membereskan tempat tidurnya pun bergegas mengambil air wudhu. Setelah salam, Rara langsung mengangkat kedua tangannya, berdo’a, “Ya Allah panjangkanlah umur kedua orang tuaku! Sehatkanlah orang tuaku! Limpahkan rezeki kepadanya, jika rezekinya di langit maka turunkanlah dan jika rezekinya di dalam tanah keluarkan ya Allah“ itulah yang selalu diucapkan Rara setiap selesai sholat. Setelah selesai shalat, Rara menyapu dan menyiram halaman sampai matahari sepenggalah. Selanjutny akan dilanjutkan dengan shalat dluha.
Selesai sholat, Rara langsung membantu ibunya memasak di dapur. “Bu, apakah yang mau ibu buat untuk sarapan hari ini?” ujar Rara yang penasaran “Ibu akan membuatkan makanan special untukmu Ra” kata ibu yang membuat Rara penasaran “wahh… asyikkk…., Kalau boleh tau ibu ingin memasak makanan spesial apa hari ini?” kata Rara kembali bertanya. “Ibu akan membuatkanmu sop ayam” kata ibu yang wajahnya terlihat sangat senang. “Wahhh… Rara senang sekali punya ibu yang pintar masak”. Ibu hanya membalasnya dengan senyuman. “Oh ya bu, ibu dapat uang untuk membeli bahan-bahan sop dari mana? Kan bahan-bahan untuk membuat sop banyak, jadi pasti mahal.” kata Rara yang bertanya lagi. “tadi saat ibu mau ke pasar untuk membeli ubi,…” “Bu bentar dulu, Rara mau ke toilet nih” kata Rara yang memotong pembicaraan ibu saat bercerita. “Aduh Rara ini ada ada saja” kata Ibu di dalam hati sambil geleng-geleng kepala sekaligus tersenyum geli. Tak lama kemudian Rara kembali dari toilet. “Ayo bu lanjutkan lagi ceritanya” kata Rara yang kembali penasan. “Baiklah” Ibu hanya menjawab singkat “Tapi, tadi sampai mana ya ibu bercerita?” kata ibu yang bergiliran bertanya pada Rara. “Sampai ibu mau membeli ubi.” kata Rara yang menjawab dengan santai. “Saat ibu mau memasuki pasar, ibu melihat ada orang yang tasnya di ambil oleh preman yang sering ada di pojokan pasar.” “Lalu, apa yang ibu lakukan terhadap orang itu dan preman itu?” kata Rara yang bertanya lagi. “Ibu tenangkan orang itu dan ibu meminta bapak-bapak yang ada di sekitar pasar untuk mengejar preman itu dan akhirnya preman itu berhasil di tangkap warga dan langsung di bawa ke kantor polisi terdekat.” terang ibu. “Saat tas orang itu kembali ibu tidak meminta imbalan pada orang itu?” kata Rara bertanya pada ibunya. “Ra, kita tidak boleh meminta imbalan pada orang yang telah kita bantu. Karena, kita harus membantu orang dengan ikhlas dan tanpa imbalan.” ibu pun mulai menasihati Rara. “Tapi bu, kalau kita dipaksa sama orang itu untuk menerima imbalan itu gimana?” ujar Rara bertanya lagi pada ibunya. “Kalau dia memaksa kita harus menerima imbalan itu siapa tau imbalan itu adalah rezeki kita. Maknya itulah yang ibu alami. Ibu dipaksa dijejali sejumlah uang di kantong, jadi ibu terima saja.” jawab ibu pada Rara. “Oo jadi gitu ya bu” ibu hanya mengangguk saja. Setelah sop ayam ibu selesai dimasak, mereka bertiga pun makan bersama di ruang makan.
***
Keesokan harinya, Rara membantu orang tuanya bekerja di sawah milik pak kades. Saat sampai di sawah, Rara bertemu dengan anak pak kades yang bernama Gina. Gina adalah anak yang baik hati, suka menolong orang, ramah, dan yang paling disukai Rara dari Gina adalah kepintarannya. “Hai gin!!” kata Rara menyapa Gina. “Hai juga Ra” Gina membalasnya sambil mendekati Rara. “Ra, main ke rumah yuk” kata Gina yang mengajak Rara main ke rumahnya. “Iya Gin” lalu Rara meminta izin kepada ayah dan ibunya untuk bermain ke rumah Gina. “Bu, Yah, boleh gak Rara main sebentar di rumah Gina?” Rara meminta izin pada orang tuanya. “Iya, boleh nak” kata ayah dan ibu bersamaan, Rara langsung berpamitan dengan orang tuanya dan langsung meninggalkan orang tuanya.
Saat di rumah Gina, Rara diajarkan tentang banyak hal mulai dari pelajaran, rumus, dan lain sebagainya. Karena Rara memiliki daya ingat yang kuat, Rara akan mengingat pelajaran yang diajarkan Gina. Saat itu, Gina dan bapaknya ingin ke kota untuk menyekolahkan Gina ke jenjang yang lebih tinggi, lalu Gina ingin mempunyai teman untuk belajar besama dan Gina telah menemukan orang itu. Orang itu adalah Rara. “Ra, kamu mau nggak ikut ke kota bareng aku sama bapakku?” kata Gina yang mengajak Rara. “Tapi Gin, aku harus meminta izin dulu pada orang tuaku.” “iya aku tahu, tapi kamu harus ikut ya.” “Insya Allah.” jawab Rara singkat.
Malamnya, Rara meminta izin pada ibu dan ayahnya untuk pergi ke kota bersama Gina. “Bu, Yah, apakah Rara boleh pergi ke kota bersama Gina?” Rara meminta izin pada orang tuanya. “Tentu boleh sayang, asalkan kamu di sana jaga diri baik-baik.” kata ayah dan ibu “Ya sudah Bu, Yah, Rara mau mengemaskan pakaian dulu.” ibu dan ayah hanya tersenyum sambil mengangguk saja. Setelah Rara selesai mengemaskan baju datanglah pak kades dan Gina ke rumah Rara. “Assalamu’alaikum” Gina dan pak kades mengucapkan salam bersamaan, “Wa’alaikumsalam” keluarga Rara membalasnya sambil membuka pintu, dan mempersilahkan masuk. “Gimana, apakah Rara mau untuk ikut kami ke kota?” kata pak kades bertanya. “Iya pak Rara mau ikut bapak dan Gina ke kota.” Rara menjawab dengan senang. “Ya sudah, besok pagi kita akan berangkat ke kota” kata pak kades dengan nada suara senang. “matur nuwun pak kades, sudah mau mengajak Rara ke kota.”, “sami sami bu.” pak kades menjawabnya dengan senang
***
Paginya cuaca sangat cerah, secerah hati Rara yang sebentar lagi akan ke kota. “Bu, Yah, Rara pamit dulu ya.” “Iya Ra, ingat pesan ibu. jaga diri kamu baik-baik ya sayang.” “Iya bu, Rara pasti akan mengingat pesan ibu.” Lalu, ibu dan ayah mencium kedua pipi Rara, dan Rara juga mencium tangan ibu dan ayah, sekaligus mencium pipi ibu dan ayah “Assalamu’alaikum Bu, Yah!” “Wa’alaikumsalam.” setelah Rara berpamitan dengan kedua orang tuanya, Rara langsung berjalan ke rumah pak kades yang jaraknya lumayan dekat dengan rumahnya. Rara mengucapkan salam saat berada di depan rumah pak kades, lalu dijawab dengan senang hati oleh Gina. “Hai Ra.” Gina menyapa Rara dengan penuh senyuman. “Hai juga Gin.” “Yuk Ra kita langsung berangkat saja!” “Yuk! .” Setelah beberapa jam menempuh perjalan mereka pun sampai di kota, “Wahhh, ramai sekali kota ini” kata Rara, “Ra nanti kita menginap di rumah pamanku.” “Ohh.”Sesampainya mereka di rumah paman, mereka makan siang dulu, sehabis makan siang mereka istirahat, Rara berjalan dari kamar menuju ruang tengah sambil berkata, “Wahh.. rumah paman Gina besar sekali, ya wajarlah besar, pamannya Gina kan orang yang pintar, ya Allah seandainya aku bisa sekolah dan bisa membangun rumah besar untuk orang tuaku, ya Allah kapan aku bisa bersekolah? Semoga dalam waktu yang singkat aku bisa bersekolah, aminn… “ itu adalah do’a yang selalu Rara ucapkan.
Paginya, Rara jalan-jalan di depan rumah paman ternyata, tidak hanya rumah paman saja yang besar tetapi, rumah-rumah yang lain juga sama besarnya dengan rumah paman. Saat Rara sampai di depan gang rumah paman, seperti ada bapak pengusaha yang membawa tas berbentuk kotak warna hitam yang sepertinya isinya uang, lalu di belakang bapak itu ada dua orang yang membawa motor yang sepertinya ingin mengambil tas milik bapak itu. “Astagfirullah” kata itu terlontar dari mulut Rara, Rara langsung berlari ke arah bapak yang membawa tas itu dan langsung mendorongnya. Akhirnya orang itu gagal menabrai dan mengambil tas bapak itu. Rara langsung bangun bersama bapak itu. “Terima kasih nak” kata bapak itu. “Iya pak sama-sama” balas Rara.“Kenapa kamu tidak sekolah nak, bukannya sekarang hari sekolah?” bapak itu bertanya “Saya tidak bersekolah pak, orang tua tidak ada biaya untuk menyekolahkan saya” kata Rara yang seperti orang curhat “Bagaimana sebagai tanda terima kasih bapak, bapak akan menyekolahkan kamu, kamu mau tidak?.” “Tidak pak, saya tunggu orang tua saya mendapatkan biaya saja.” “Tidak apa apa nak anggap saja ini sebagai tanda terima kasih bapak, karena kamu telah menolong bapak dari dua orang penjahat tadi.’’ ‘’Tak apa pak, saya membantu bapak dengan ikhlas.” “Oh ya, ngomomg-ngomong di mana tempat tinggalmu nak?” Tanya bapak itu. “Tempat tinggal saya di Desa pak, saya kesini bersama pak kades dan anaknya” kata Rara menjelaskan. “Baiklah kalau begitu bagaimana kalau besok kamu antarkan bapak bertemu dengan pak kades itu.” “Baiklah pak, apakah bapak bisa bertemu dengan saya lagi di tempat ini..?” “Tentu saja bisa nak” jawab bapak itu dengan nada yang meyakinkan. “Nama kamu siapa nak?” “Nama saya Rara pak” “Baiklah besok kita bertemu lagi di sini. “Baiklah pak, assalamu’alaikum!” ujar Rara memberi salam. “Iya nak, wa’alaikumsalam”.
***
Malamnya, Rara menceritakan kejadian tadi pagi yang dialaminya kepada Gina dan pak kades. Setengah jam lebih sepuluh menit, Rara telah selesai menceritakan kejadian yang sudah ia alami tadi pagi. “Sungguh mulia hatimu Ra” kata pak kades dan Gina bersaamaan. “Kamu diajarkan apa oleh orang tuamu Ra?” pak kades bertanya kepada Rara. “Ayah dan Ibu sudah pernah bilang ke Rara kalau kita harus mementingkan orang lain dari pada kita sendiri. Jadi, kalau kita melihat orang dalam bahaya atau apapun kita harus menolongnya walaupun kita tidak mengenali orang itu.” Ujar Rara menjelaskan. “Masya Allah” kata pak kades. “Ya sudah, karena ini sudah malam kalian tidur saja.”
***
Krriinnggg!!! Jam weker di kamar Rara berdering, itu artinya jam sudah menunjukkan pukul 05.00, Rara langsung bangun, mandi, dan sholat subuh, tak lupa ia berdo’a agar orang tuanya mendapatkan rezeki dan bisa menyekolahkannya. Setelah sholat subuh, Rara langsung membantu bibi menyiapkan sarapan. Setelah sarapan, Rara mengajak Gina dan pak kades untuk menemui bapak-bapak yang kemarin Rara tolong. “Assalamu’alaikum pak.” Kata pak kades. “Wa’alaikumsaalam” jawab bapak itu. “Bapak ini pasti pak kades di Desanya Rara kan” bapak itu menebak. “Iya, saya kepala Desa di Desa Tenggeles pak.” “Oh, kenalkan nama saya Supranto biasa di panggil pak Anto” kata bapak itu memperkenalkan diri. “Oh, kenalkan juga nama saya Saprudin biasa di panggil pak Udin” kata pak kades memperkenalkan diri juga. “Jadi, saya langsung ke bagian intinya saja, saya berniat baik kepada Rara untuk menyekolahkannya di kota, karena, kemarin dia telah menolong saya dari dua orang penjahat, kira-kira pak Udin setuju atau tidak?” “Iya pak saya setuju, tetapi bagaimana jika orang tua Rara tidak setuju?” pak kades bertanya. “Pak Udin benar juga ya, mmm… bagaimana kalau lusa kita pulang ke Desa saja kita akan memusyawarahkan hal ini” kata pak Anto mengusulkan. “Boleh juga, kalau masalah sekolah Gina kita akan mengizinkan kamu untuk tidak masuk selama beberapa hari” “Baiklah kalau begitu, besok lusa kita akan bertemu disini lagi dan langsung pergi ke Desa.
***
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Rara karena Rara sudah tidak sabar bertemu dengan orang tuanya. “Ya Allah sebentar lagi Rara akan bertemu dengan Ayah dan Ibu Rara sangat merindukan mereka.”
Di perjalanan, Rara dan Gina banyak bercerita. Kalau sudah lelah bercerita mereka tidur. Sesampainya di Desa Rara langsung berlari menuju rumahnya dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum” ucap Rara memberi salam.”Wa’alaikumsalam” jawab Ayah dan Ibu. “Ayahh, Ibuu Rara kangen banget sama ayah dan ibu” “Ibu dan ayah juga kangen banget sama Rara”. Tak lama kemudian pak kades dan pak Anto pun datang untuk membicarakan soal yang kemarin. Setelah beberapa saat berbicara soal yang kemarin orang tua Rara pun menyetujuinya dan Rara pun bisa bersekolah sesuai dengan impiannya. “Alhamdulillah akhirnya Rara bisa bersekolah” ucap Ayah dan Ibu dengan mata berkaca kaca. Lalu Ayah, Ibu, dan Rara pindah ke kota karena sekolah baru Rara ada di kota dan sekolah Rara adalah sekolah yang terfavorit di kota itu.
Hari pertama Rara di sekolahnya, dia mendapatkan teman yang banyak dan sangat baik padanya. Rara mendapatkan guru yang tak kalah baik padanya. Rara pun menjadi anak yang sangat berprestasi di kelas dan di sekolahnya. Rara sering diikutkan beberapa lomba oleh sekolahnya dan itupun Rara sering mendapatkan juara 1 berturut turut.
Rara menulis di buku diarynya kalau dia bisa bersekolah bukan karena dia telah menolong pak Anto. Tetapi, karena Rara sering berdo’a kepada Allah SWT. Rara menyebut ini adalah rezeki dari Tuhan…
***