Tentu Anda pernah mendengar bagaimana kisah cinta yang sangat terkenal “Laila Majnun.” Dalam sebuah syair disebutkan bahwasanya,
“Seandainya Majnun ditanya: apakah bersatu dengan Laila yang kamu inginkan, ataukah dunia dan seisinya,?”
Atau dalam bahasa yang lebih sederhananya,
“Mana yang lebih kamu inginkan, Laila ataukah dunia dan seisinya,,?
Maka Majnun menjawab:
“DEBU YANG MENEMPEL DI SANDALNYA LAILA LEBIH AKU SUKAI dari dunia dan seisinya”.
Begitulah kondisi orang-orang yang tengah dimabuk rasa cinta kepada makhluk yang dipenuhi kekurangan, dihiasi aib, diselubungi dosa dan keburukan, yang bernama manusia. Jangankan membandingkan dunia dengan Laila, bahkan dengan debu yang menempel di sandal jepitnya Laila pun masih LEBIH Majnun cintai dan sukai daripada dunia dan seisinya.
Maka, bisa Anda bayangkan bagaimanakah kondisi dan perasaan para sahabat dan orang-orang yang telah dipenuhi rasa cinta yang teramat dalam kepada Allah, Dzat Yang Maha Segalanya. Maka hati orang-orang yang telah benar-benar dianugerahi rasa cinta kepada-Nya (semoga kita bisa merasakan dan termasuk di anatara mereka) akan dilanda rasa rindu yang teramat besar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah, Dzat yang darinya segala nikmat yang kita terima berasal, Dzat yang akan mengabulkan segala hajat dan do’a kita, Dzat Yang Maha Indah dari segala yang indah, Dzat Yang Maha Pengasih tanpa pilih kasih, Yang Maha Penyayang tanpa batas sayang.
Maka jangankan dunia dan seisinya, bahkan hidup dan mati kita seyogyanya kita habiskan dan kita persembahkan untuk Allah semata. Bukan sebaliknya, kita habiskan untuk dunia yang fana dan sementara ini.
Hal ini jugalah yang dirasakan oleh seorang Julaibib, seorang sahabat super miskin dan sahabat yang tidak diketahui nasab dan sukunya, dianggap sangat hina. Selain itu, Julaibib juga dikenal memiliki wajah yang buruk, badannya pendek, hitam, dan selalu terlihat kotor.
Julaibib tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki tempat tinggal, minum hanya menggunakan kedua belah tangannya dari kolam umum, dan tidur beralaskan kerikil, atau apapun yang ada di bawahnya.
Pada suatu hari Julaibib ditawari untuk menikah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam, maka setelah Rasulullah menikahkan Julaibib dengan seorang wanita solihah yang sebelumnya diragukan oleh orang tua sang wanita karena keadaan Julaibib yang miskin dan buruk rupa. Tapi, karena kesolihahan sang wanita dan berkat Rasulullah, maka Julaibib pun menikah.
Saat malam pertama bersama istrinya, panggilan jihad diserukan oleh Rasulullah. Maka tanpa pikir panjang, Julaibib pun menyambut seruan jihad tersebut dan meninggalkan istri yang baru dinikahinya. Dan akhirnya Julaibibpun mati syahid di medan jihad. Kemudian Rasulullah mencari jasadnya dan bersabda,
“Ya Allah, dia adalah bagian dariku dan aku adalah bagian dari dirinya,”
Begitulah kondisi orang-orang yang benar-benar jatuh cinta. Tak ada yang lebih berharga dari yang dicintainya. Bahkan jihad yang mengantarkannya untuk bertemu Sang kekasihpun akan tetap dirindukan dan akan dirasakan lebih nikmat bahkan dibandingkan dengan malam pertama sekalipun.
Maka mari kita fokuskan cinta dan sayang kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kita arahkan rasa cinta dan sayang kita kepada istri/ suami, anak, serta saudara kita semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Agar rasa cinta kita kepada mereka menumbuhkan dan menambah rasa cinta kita dan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan akhirnya mengundang cinta Allah untuk kita dan keluarga kita. Amin
Penulis : Sibawae Abu Hauro (Guru Bahasa Indonesia)