Oleh: Sri Bandi Jumianti
Hari itu hari dimana semua umat Islam senang dengan merayakan Idul Fitri. Berbeda dengan Syarina yang termenung di dalam kamarnya. Syarina Putri adalah ibu dari dua orang anak.
Ia memiliki penyakit kanker sehingga ia difonis dokter akan meninggal dunia tidak lama lagi. Tetapi satupun orang tidak mengetahui bahwa ia memiliki penyakit kanker. Ia tidak tega memberitahu kepada keluarganya. Anak nya bernama Sakila Putri adalah anak bungsu duduk di bangku kelas 3 SD sedangkan anak pertama dari Syarina bernama Muhammad Al-Fatih baru berusia 13 tahun.
Tapi sayang anak pertamanya memiliki sifat yang tidak terpuji, berbeda dengan Kila yang sangat sayang kepada orang tuanya. Walaupun Fatih anak pertamanya mempunyai sifat seperti itu, Syarina tetap sayang kedua anaknya.
Malas, suka melawan orang tua, dan selalu bergantung kepada ibunya apa yang Fatih butuhkan harus selalu ada itu adalah sifat anak pertamanya. Syarina pun keluar dari kamar nya dengan hati yang gembira karena itu adalah hari yang paling baik. Walaupun ia difonis dokter tidak lama lagi akan meninggal, ia tetap menunjukkan wajah gembira di depan anak-anaknya. Ia melihat anak-anaknya yang sedang bahagia.
Dia tidak kuat kalau ingin meniggalkan anak-anaknya itu. Tak lama kemudian satu tetes air mata meleset dari matanya. Ia cepat cepat menghapus air mata yang meleset tadi. Kemudian anak bungsunya menanyakan hal yang tidak ingin didengarnya ”Mama kenapa menangis?” Mama ga apa apa ko sayang mama Cuma kelilipan” jawab Syarina.
Hari-demi hari telah dia lewati. Hari semakin cepat berganti, membuat Syarina semakin gelisah dengan perkataan dokter. Syarina pun tetap mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Pagi ini tidak seindah pagi sebelumnya. Suaminya pun berpamitan dengan syarina sambil melangkah suaminya berkata, “Ayah pamit dulu ya bun.”Sambil mencium tangan suaminya ia berkata” Hati-hati di jalan ayah!”
(”apakah aku akan bisa menghantarkan kepergian suamiku kekantor seperti biasanya?”gumam nya dalam hati).
Tiba –tiba lamunannya buyar ia tersentak kaget sebuah tangan mungil memeluk pinggangnya.
”Sakila berangkat sekolah dulu ya bunda!” kata Sakila sambil mencium tangan Syarina.
Syarina mencium pipi Syakila dan berkata “Hati-hati di jalan saying,,belajar yang baik ya!”
Syakila berlalu sambil mengucap salam ”Iya bunda,assalamualaikum”
“waalaikumussalam” jawab Syarina
Di sisi lain Fatih sambil mengunyah sepotong roti. Fatih berjalan cuek tanpa memperdulikan ibunya. Syarina pun memanggil Fatih”Fatih mau berangkat sekolah?,makannya dihabisin dulu jangan makan sambil jalan” Tanpa menghiraukan perkataan ibunya Fatih menjawab, ”Dasar cerewet!!” sambil berlalau pergi.
Syarina mengelus dada dan bergumam”Ya Allah jika aku sudah tiada apakah Fatih menjaga Syakila ,”Ya Allah ampunilah dosa anakku. tuntunlah ia di jalan-MU Ya Allah.” Sambil menatap kepergian Faith hingga hilang di pelupuk mata.
Syarina pun masuk sambil menutup pintu dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Ia pun menyapu halaman depan rumahnya,sambil menyiram tanaman-tanamannya. Syarina berusaha untuk tetap kuat walaupun sebenarnya ia dalam kondisi yang sangat kritis.
“Anggrek ini terlihat layu” kata syarina sambil menyirami anggrek bulan kesukaannya.Syarina berkata sendiri “jangan layu seperti aku,kamu harus selalu menghiasi rumahku”
Sambil terus melihat-lihat tanaman anggrek kesukaanya,Syarina pun melanjutkan menyapu teras depan rumahnya..Tak lama kemudian ia terjatuh di depan teras rumahnya.,Untung ada warga yang melihat kejadian tersebut kemudian warga pun membawa syarina ke rumah sakit dan segera menelpon suaminya.
Suami dan anak-anaknya pun datang dan terkejut melihat dokter yang keluar dari ruangan. Dengan panik suaminya menanyakan keadaan Syarina, ”Bagaimana keadaan istri saya dok?” Dokter pun menjawab “Istri bapak tidak bisa diselamatkan lagi,karena penyakit kanker yang telah melanda istri bapak telah merambat ke otak” tangisan dari anak–anaknya pun pecah.
“Ya allah tadi aku membantah perkataan ibu ku”gumam Fatih dalam hatinya
Jenazah Syarina di bawa pulang. Sosok yang wajahnya sudah pucat tampak sedikit senyum pada bibirnya. Rasa kehilangan dalam diri faith. Terlihat,Fatih sangat menyesal dengan perbuatannya. Fatih sangat terpukul dengan kepergian ibunya, tetapi Fatih memiliki tekat akan berubah dari sifat nya itu.
Fatih dan kila mulai menjalankan hari nya dengan menjadi anak yatim,tetapi dengan kepergian ibunya itu faith dan kila tetap semangat mengerjakan tugas nya sebagai pelajar. Faith sadar bahwa menyakiti hati orang tua itu perbuatan yang sangat tidak baik,Fatih juga menjadi anak yang mandiri tidak bergantung kepada orang lain,dan menjadi sopan kepada orang yang lebih tua.
Fatih dan Kila sadar bahwa apa yang telah mereka lakukan sewaktu ibunya masih ada sangat tidak baik. Maka dari itu, Kila dan Fatih sadar dan tidak ingin mengulangi kesalahannya lagi.