Oleh: M. Reza
“Gubrak”Aku menabrak sesuatu dihadapanku membuat semua buku-buku di genggamanku terjatuh. Siapakah sosok yang kutabrak ini? mencoba menoleh kearahnya. Nampak seorang pria tinggi,berkulit putih.”Hati-hati!” ucapnya melepas senyum dari bibirnya.
Aku menatap wajahnya dalam-dalam. Bibirku berat untuk berucap. Nafasku begitu berat,jantungku seakan terhenti sejenak. “Kamu nggak kenapa-kenapa kan?” tanyanya menyadarkan lamunanku.”Nggak kok.” balasku seraya membunguk memunguti buku-buku yang terjatuh.
Aku lanjutkan langkahku. Teringat sosok pria yang kutabrak tadi. Siapakah dirinya? Terbayang selalu senyum manisnya yang begitu menawan. Hemmm mungkin aku jatuh cinta ???
Pagi Mataram,
Aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan segara hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi ini. Pukul 06.30 menandakan aku harus bergegas berangkat sekolah.
Aku menyusuri lorong sekolah menuju kelas namun sebelumnya aku harus melewati perpustakaan, laboratorium dan ruang guru. Ketika aku melewati ruang guru, aku melihat sosok pria yang kutabrak kemarin. Nampaknya ia baru saja keluar dari ruang guru.
“Hey..” panggilku menghampirinya.
“Assalamualaikum” ucapnya berbalik menyapaku .
“Waalaikumussalam” balasku.
“Ada apa yah? “
“Nggak kok, kenalkan aku Amelia Azzahra.” ucapku mengulurkan tangan.
“Saya, Muhammad Reza” jawabnya, merapatkan kedua telapak tangannya di dada.
“Salam kenal!” menarik lagi uluran tanganku. Aku mengerti mengapa ia tidak membalas uluran tanganku karena mungkin aku bukan muhrim baginya.
“Sudah dulu ya, bel masuk sebentar lagi berbunyi” putusnya berlalu meninggalkanku.
Hatiku berbunga-bunga. rasanya bahagia sekali. Aku seperti mendapat sebuah hadiah terindah karena aku bisa berkenalan dengannya. Ini membuatku samakin ingin tahu siapakah sosok sebenarnya Reza itu.
Duduk bersandar di bangku taman sembari menikmati snack yang baru saja kubeli dikantin bersama sahabatku, Putri. Kebiasaan inilah yang kulakukan menghabiskan jam istirahat. Selang beberapa menit, aku melihat Reza keluar dari kelasnya. Untuk kedua kalinya aku mencoba menghampirinya. “Putri, aku kesana dulu sebentar” ucapku meninggalkan Putri.”Oke” balasnya.
Aku mengikuti langkah Reza. Nampaknya ia menuju mushola yang berada diujung sekolah tepat disebelah ruang OSIS.
”Amel” sapa Lia menghampiriku. “Mau shalat dzuhur?”
“Nggak, aku lupa bawa mukena” Jawabku.” Lia kenal sama Reza?”
“Oh kak Reza, dia ketua Rohis disini. Memangnya ada apa kamu tanya kak Reza?”
“ Nggak kenapa-kenapa kok. Aku kepengen masuk Rohis, boleh nggak?”
“Boleh saja kok.Rohis terbuka untuk siapa saja. Kalau kamu ingin,kamu bisa datang hari minggu jam 09.00 dan menggunakan pakaian muslim”ujar Lia.
“Oh begitu yah, makasih yah.” “Iya sama-sama.” ujar Lia.
Minggu pagi tepat jam 09.00aku datang ke sekolah. “Amel sini..”panggil Lia dari dalam mushola. “Mel, pakai kerudungmu!” pinta Lia padaku. “Aku nggak bawa mukena.” jawabku. “Ya udah,ini aku pinjamkan” ujar Lia.
Aku mengenakan kerudung pemberian Lia. Baru kali ini lagi aku merasakan menggunakan kerudung lagi setelah lama tidak pernah menggunakannya. Belum lama aku duduk,kak Reza datang bersama temannya. Mengetahui kedatangan ka Reza,Lia menghampirinya. “Assalamualaikum kak Reza!” sapa Lia. “waalaikumussalam! Ada apa Lia?”balasnya. “Ada sahabat kita yang baru bergabung, namanya Amelia Azzahra.” Lia memperkenalkanku. Kak Reza menolehkan wajahnya kearahku kemudian memberikan senyum. Aku pun hanya tersenyum seraya mengangguk balas senyumnya. Waktupun cepat berlalu, setelah Dzuhur datang dan azan dikumandangkan. Kami shalat berjamaah kemudian membaca ayat Al-Qur’an,dan ditutup dengan dzikir bersama,lalu kamipun pulang.
Sebulan telah berlalu,kini aku semakin dekat dengan sosok kak Reza. Bukan hanya itu, semenjak aku bergabung dengan kegiatan rohis, aku mulai rajin pergi ke Mushola.Rajin melakukan ibadah dan telah memakai pakaian muslimah setiap pergi sekolah. Tentunya semua ini aku lakukan atas dasar rasa suka dangan kak Reza. Dialah yang membuat aku benar-benar
berubah. Semakin rasa sukaku itu makin memuncak, ingin segara aku ungkapkan. Namun apakah kak Reza akan menerima cintaku?.
Jam istirahat aku menghampiri kak Reza yang sedang asyik duduk di kantin. Kini saatnya aku ungkapkan semua yang aku rasakan padanya.
“Assalamualaikum kak Reza! Amel mau ngomong sesuatu sama kakak.”ucapku membuka obrolan.
“Waalaikumussalam, iyah ada apa ya?”
“Kak Reza,sebenarnya Amelsuka sama kakak. Semenjak aku nabrak kakak dulu. Dan semua yang kini Amel lakukan merupakan cara agarAmel bisa dekat sama kakak. Entalah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Amel karena selama ini maksud dan tujuanAmel, hanya utuk bisa kenal sama kakak.Apakah kakak mau menerima cinta Amel?” jelasku.
“Kakak nggak percaya dengan apa yang kakak dengar. Kenapa kamu harus melakukan semua ini?”balasnya seperti tidak percaya.”Mohon maaf ya, kakak tidak bisa menerima cintamu. Kakak sudah memutuskan untuk tidak pacaran dan memfokuskan diri untuk ujian Nasional nanti.”
“Iya kak, Amel mengerti dan Amel juga tahu kalau selama ini Amel salah.” aku merasa sangat malu kepada kak Reza. Aku merasa menyesal melakukan ini semua. Namun apa mau dikata, mungkin ini jalan hidayah bagiku.
“Nggak ada yang salah kok Mel, seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah cara Allah untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus melanjutkan ibadahmu dan dasarkan ibadahmu karna Allah!” ujar kak Reza.
“Iya kak, makasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan berhenti membimbing Amel dekat sama Allah kan ?”
“Insya Allah, selama kamu masih mau belajar. Yuk, sama-sama kita belajar untuk mendekatkan diri pada Allah!”
“iya kakJ” putusku menghilangkan rasa kekecewaan.
Rasa itu kini makin lama makin menghilang. Sekarang aku harus belajar untuk melupakan impian itu, belajar untuk menjadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik lagi,dan tentu belajar untuk lebih dekat mencintai Allah SWT.